1350 4020 5 PB
1350 4020 5 PB
ORIGINAL ARTICLE J Sains Farm Klin 9(Suplemen):138–145 (Desember 2022) | DOI: 10.25077/jsfk.9.sup.138-145.2022
ABSTRACT: Aceclofenac is a phenylacetic acid derivative belonging to nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), which has
the main pharmacological effects as anti-inflammatory and analgesic. However, aceclofenac has low solubility, which affects its
bioavailability. This study aimed to increase the dissolution rate of aceclofenac by forming multicomponent crystals with succinic
acid using the solvent drop grinding method. Characterization of multicomponent crystals using Powder X-ray Diffractor (PXRD),
Differential Scanning Calorimeter (DSC), Fourier Transform Infrared (FT-IR) spectrometer, and Scanning Electron Microscope
(SEM). A UV-Vis spectrophotometer determined dissolved amount of aceclofenac. The results of the characterization of
multicomponent crystals: decrease in peak intensity and new diffraction patterns on the diffractogram, reduction in melting point
on the thermogram, the insignificant shift in the wave number of the FT-IR spectroscopic spectrum, and new crystal habit in the
SEM results. Dissolution test of intact aceclofenac, physical mixture, and crystal multicomponent in phosphate buffer medium pH
6.8 with 0.1% sodium lauryl sulfate at 60 minutes, respectively, were 8.43%, 26.60%, and 34.14%. From the results of this study,
it can be concluded that the multicomponent crystal of aceclofenac - succinic acid formed is a type of eutectic mixture and can
increase the dissolution rate of aceclofenac by 4.09 times.
Keywords: aceclofenac; succinic acid; multicomponent crystal; solvent drop grinding; dissolution.
ABSTRAK: Aseklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang mempunyai efek farmakologi utama
sebagai antiinflamasi dan analgesik, turunan asam fenil asetat. Namun, aseklofenak memiliki kelarutan yang rendah sehingga
mempengaruhi bioavaibilitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki laju disolusi aseklofenak melalui pembentukan
multikomponen kristal dengan metode pembuatan solvent drop grinding dan asam suksinat sebagai koformer. Multikomponen
kristal yang terbentuk dikarakterisasi menggunakan instrumen Powder X-ray Diffractor (PXRD), Differential Scanning Calorimeter
(DSC), Fourier Transform Infrared (FT-IR) spectrometer, dan Scanning Electron Microscope (SEM). Aseklofenak yang terlarut dan
terdisolusi ditentukan dengan spektrofotometer UV-Vis. Hasil karakterisasi dari multikomponen kristal: penurunan intensitas
puncak pada difraktogram, penurunan titik lebur dan nilai entalpi peleburan pada termogram, pergeseran yang tidak signifikan
pada bilangan gelombang spektrum spektroskopi FT-IR, dan habit kristal baru pada hasil SEM. Hasil uji disolusi aseklofenak
murni, campuran fisik dan multikomponen kristal aseklofenak-asam suksinat dalam medium dapar fosfat pH 6,8 dengan sodium
lauril sulfat 0,1 % pada menit ke-60 secara berturut-turut adalah 8,43 %, 26,60 % dan 34,14 %. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa multikomponen kristal aseklofenak - asam suksinat yang terbentuk merupakan tipe campuran eutektik dan
dapat meningkatkan laju disolusi aseklofenak 4,09 kali dibandingkan aseklofenak murni.
Kata kunci: aseklofenak; asam suksinat; multikomponen kristal; solvent drop grinding; disolusi.
arthritis, karena diketahui memiliki efek farmakologi klasifikasi biofarmasetikal, Access this article
138
Pembentukan dan Ka ra kte r i sa si M ul ti kom pone n Kr i stal . . . Je s s i ca et . al.
System) kelas II. Kelarutan aseklofenak dalam air adalah membentuk kokristal dengan aseklofenak berdasarkan
praktis tidak larut, sedangkan memilki kemampuan nilai ∆pKa. Apabila selisih pKa antara bahan aktif farmasi
permeabilitas yang relatif tinggi [5]. Aseklofenak memiliki (BAF) dan koformer ≥ 3 maka akan cendrung terbentuk
nilai pKa 4,7 dan titik lebur 149–153 oC [6,7]. Rendahnya garam, sedangkan apabila nilai selisih pKa < 3 maka
kelarutan dan disolusi aseklofenak menjadi rate limiting step akan berpotensi terbentuk kokristal. Aseklofenak (pKa
yang cukup berdampak negatif terhadap bioavailabilitasnya = 4,70) dan asam suksinat (pKa1=4,18 dan pKa2=5,23)
apabila diberikan secara oral. Oleh karena itu, peningkatan memiliki nilai ∆pKa 0,52 dan 0,53 [16]. Terbentuknya
kelarutan dan disolusi aseklofenak penting dilakukan agar kokristal juga dapat diprediksi dengan rekayasa synthon,
tercapai biovalailabilitas dan efek terapeutik yang optimal asam suksinat merupakan dicarboxilic acid dengan 2 gugus
[8]. donor ikatan hidrogen (-COOH) sedangkan aseklofenak
Penelitian mengenai usaha perbaikan kelarutan dan mempunyai gugus hidroksil yang berperan sebagai
disolusi aseklofenak sudah banyak dilaporkan. Dispersi reseptor untuk membentuk ikatan hydrogen [12,17]. Selain
padat dengan beberapa polimer [9], kompleks inklusi itu, asam suksinat sebagai koformer telah terbukti mampu
dengan siklodekstrin-β [10], pembentukan nanokarier membentuk kokristal dengan beberapa BAF lainnya
(nanoemulsi dan nanosuspensi) [11]. Pembentukan [12]. Asam suksinat telah dilaporkan dapat membentuk
kompleks inklusi dengan siklodekstrin mengalami kendala kokristal ketokonazol-asam suksinat (1:1) dengan metode
terkait bobot molekul. Bobot molekul yang cukup besar penggilingan (Grinding) [18].
mengakibatkan dosis total hasil kompleksasi juga menjadi Multikomponen kristal aseklofenak-asam suksinat
besar sehingga cukup mempengaruhi bobot sediaan dibuat dengan metode solvent drop grinding (SDG).
[12]. Peningkatan kelarutan aseklofenak dengan teknik Sedikit pelarut ditambahkan sebagai katalisator dalam
pembentukan dispersi padat aseklofenak-poloxamer 407 difusi molekular sehingga meningkatkan interaksi
yang menghasilkan peningkatan disolusi hingga 3,75 kali. antara BAF-koformer dan mempercepat terbentuknya
Akan tetapi, sistem dispersi ini dalam masa penyimpanan multikomponen kristal [19]. Karakterisasi sifat fisikokimia
yang relatif singkat menunjukkan penurunan laju disolusi dari multikomponen kristal yang terbentuk dilakukan
karena perubahan kristalinitasnya. Sistem dispersi tersebut dengan Powder X-ray Diffractor (PXRD), Differential Scanning
tidak stabil terhadap suhu dan kelebapan, sehingga cukup Calorimeter (DSC), spektroskopi Fourier Transform Infrared
sulit untuk diproduksi secara komersil [9]. (FT-IR), Particle Size Analyzer (PSA), dan Scanning Electron
Metode lain yang dapat digunakan untuk memperbaiki Microscop (SEM), serta dilakukan uji disolusi.
kelarutan dan laju disolusi adalah modifikasi fisika dengan
pembentukan multikomponen kristal. Beberapa studi Metode Penelitian
telah dilaporkan antara lain: kokristal aseklofenak dengan
koformer asam salisilat dapat meningkatkan kelarutan Bahan
aseklofenak menjadi 7 kali zat murninya [13], dan kokristal Aseklofenak (TCI, Jepang), asam suksinat (Merck,
aseklofenak dengan koformer urea berhasil dibuat dengan Jerman), etanol pro analysis (Merck, Jerman), aquades,
menggunakan metode solvent drop grinding [2]. air suling bebas CO2, Kalium dihidrogen fosfat (Merck,
Secara garis besar, multikomponen kristal dapat Jerman), natrium hidroksida (NaOH), texapon (Brataco,
dikategorikan menjadi: garam, kokristal, hidrat, dan solvat Indonesia).
[14]. Pembentukan multikomponen kristal dengan molekul
organik kecil sebagai koformer dapat menjadi solusi terkait Pembuatan Multikomponen Kristal Aseklofenak dan
bobot molekul [12]. Fase padat yang masih berbentuk Asam Suksinat
kristal juga dapat dijadikan solusi terkait ketidakstabilan Multikomponen kristal aseklofenak-asam suksinat
fisik pada dispersi padat. Pembentukan multikomponen dan campuran fisik (CF) aseklofenak-asam suksinat
kristal merubah sifat fisikokimia suatu zat aktif (kelarutan, dibuat dengan perbandingan mol (1:1) Multikomponen
disolusi, stabilitas, permeabilitas dan lain-lain) tanpa kristal dibuat dengan metode solvent drop grinding, terdapat
mengubah aktivitas farmakologi zat aktif tersebut [15]. penambahan etanol dalam jumlah kecil pada suhu kamar
Pada peneltian ini, multikomponen kristal aseklofenak dan kemudian etanol diuapkan secara perlahan pada suhu
dibuat dengan asam suksinat sebagai koformer. Asam kamar selama 24 jam. CF disiapkan dalam botol kaca dan
suksinat dinyatakan sebagai bahan tambahan aman, dicampur menggunakan vortex selama 5 menit. Semua
termasuk dalam daftar Generally Recognize as Safe (GRAS) sampel kemudian disimpan di dalam desikator.
oleh Food and Drug Administration (FDA) dan diprediksi dapat
Gambar 1. Overlay difraktogram a. aseklofenak, b. asam suksinat, c. campuran fisik, dan d. multikomponen kristal
Powder X-ray diffraction (PXRD) diatur 30-250 oC dengan aliran panas 10 °C/menit.
Analisis PXRD aseklofenak murni, asam suksinat
murni, CF dan multikomponen kristal dianalisis dengan Fourier Transform Infrared (FT-IR) Spectroscopy
difraktometer Panalytical XPERT PRO (Belanda) pada Analisis FT-IR (Perkin Elmer, USA) dilakukan
suhu kamar ± 20 hingga 25 oC. Kondisi pengukuran terhadap aseklofenak murni, asam suksinat murni, CF dan
sebagai berikut dengan CuKα sebagai sumber radiasi, multikomponen kristal. Sampel diletakkan pada kristal
tegangan generator 40 kV, dan arus 40 mA. Instrumen ATR, dan kemudian diratakan hingga seluruh permukaan
diatur pada rentang 2θ dari 5o hingga 50o. kristal tertutupi. Spektrum serapan bilangan gelombang
pada rentang 4000-400 cm-1.
Differential Scanning Calorimetry (DSC)
Analisis DSC (SETARAM tipe EVO-131, Lyon, Scanning Electron Microscopy (SEM)
Prancis) dilakukan terhadap aseklofenak murni, asam SEM dari aseklofenak murni dan multikomponen
suksinat murni, CF dan multikomponen kristal. Sekitar kristal diperoleh dengan menggunakan peralatan SEM.
1 sampai 4 mg aseklofenak murni, asam suksinat murni, Serbuk sampel ditempatkan pada pemegang sampel
CF dan multikomponen kristal dari masing-masing sampel aluminium dan lapisan tipis paladium. Pengukuran
ditempatkan dalam panci aluminium, dan suhu pengukuran dilakukan dengan kondisi sebagai berikut: tegangan 20 kV
Tabel 1. Intensitas puncak spesifik aseklofenak, asam suksinat, CF, dan multikomponen kristal SDG (1:1) pada difrakto-
gram sinar-X
Tabel 2. Data termogram aseklofenak, asam suksinat, CF dan multikomponen kristal SDG
CF 148,70 91,63
Gambar 2. Overlay termogram (a). aseklofenak murni, (b). asam suksinat, (c). campuran fisik, dan (d). multikomponen
kristal
Tabel 3. Perbandingan bilangan gelombang aseklofenak, asam suksinat, campuran fisik, dan multikomponen kristal
pada difraktogram multikomponen kristal dibandingkan penurunan titik lebur. Penurunan titik lebur berhubungan
senyawa murninya menandakan bahwa terjadi penurunan dengan melemahnya energi kisi kristal, sehingga energi
derajat kristalinitas pada mulitikomponen kristal tersebut yang diperlukan untuk memutus interaksi pembentuk
[20]. kristal juga semakin kecil [22]. Titik lebur multikomponen
Analisis termal menggunakan metode DSC kristal yang lebih rendah daripada titik lebur kedua senyawa
merupakan skrining awal untuk pembentukan fasa penyusunnya dan termogram berupa puncak endotermik
multikomponen kristal antara aseklofenak dan asam tunggal (gambar 2) sejalan dengan hasil PXRD, dimana
suksinat [21]. Berdasarkan analisis DSC, dapat diamati multikomponen kristal yang terbentuk merupakan
titik lebur dan nilai entalpi peleburan aseklofenak, asam campuran eutektik.
suksinat, CF, dan multikomponen kristal (tabel 2). Interaksi antara aseklofenak dan asam suksinat pada
Penurunan titik lebur terjadi pada multikomponen kristal CF dan multikomponen kristal dipelajari lebih lanjut
(147,70 oC) dan CF (148,70 oC) dibandingkan terhadap dengan melakukan analisis FT-IR [23]. Hasil analisis dari
senyawa penyusunnya: Aseklofenak (154,77 oC) dan asam spektrum FT-IR terdapat pada tabel 3. Ikatan O-H dengan
suksinat (189,74 oC). Interaksi fisika yang terjadi antara rentang bilangan gelombang 3300-2500 cm-1 dapat diamati
aseklofenak dan asam suksinat salah satunya menyebabkan pada aseklofenak murni dengan serapan khas di bilangan
Gambar 3. Perbandingan bilangan gelombang aseklofenak, asam suksinat, campuran fisik, dan multikomponen kristal
Tabel 4. Hasil pemeriksaan ukuran partikel dari aseklofenak, asam suksinat, cam-
puran fisik dan multikomponen kristal
Rata-rata ukuran partikel
Sampel
± SD (n=3)
Aseklofenak 54,338 ± 0,100
Gambar 4. Morfologi SEM Perbesaran 3.000x A. aseklofenak murni dan B. multikomponen kristal
gelombang 3263,56 cm-1, pada asam suksinat di bilangan bahwa tidak terjadi interaksi kimia baru antara aseklofenak
gelombang 2929,87 cm-1 sedangkan pada multikomponen dan asam suksinat, berkorelasi dengan hasil PXRD dan
kristal di 3030,17 cm-1. Untuk ikatan C-N aromatik DSC yaitu multikomponen kristal aseklofenak-asam
dengan rentang bilangan gelombang 1350-1000 cm-1, pada suksinat yang terbentuk adalah tipe campuran eutektik
aseklofenak murni didapatkan pada bilangan gelombang [24].
1280,73 cm-1, mirip dengan campuran fisik dan pada Sifat fisik kristal dapat dipengaruhi oleh morfologi
multikomponen kristal dimana terjadi sedikit pergeseran dan ukuran partikel [25]. Berdasarkan pengamatan
bilangan gelombang menjadi 1280,73 dan 1290,38 cm-1. morfologi menggunakan SEM (gambar 4) terlihat
Berdasarkan analisis FT-IR ini dapat dilihat bahwa tidak perbedaan morfologi yang nyata antara aseklofenak murni
terjadi perbedaan spektrum yang signifikan antara CF dan multikomponen kristal. Pada skala perbesaran yang
maupun multikomponen kristal dengan aseklofenak dan sama (3.000 kali), aseklofenak murni terlihat memiliki
asam suksinat murni (gambar 3). Hal ini menandakan morfologi berupa kristal kubus tak beraturan dengan
Tabel 5. Hasil disolusi aseklofenak pada masing-masing sampel dalam medium dapar fosfat pH 6,8 dengan
penambahan 0,1% sodium lauryl sulfat
% Rata-rata terdisolusi ± SD
Waktu (Menit)
Aseklofenak murni CF Aseklofenak MK Aseklofenak
Gambar 5. Profil disolusi aseklofenak dalam medium dapar fosfat pH 6,8 0,1 % sodium lauril sulfat
tekstur permukaan kristal halus dan multikomponen suksinat yang membentuk konglomerasi. Konglomerasi
kristal aseklofenak-asam suksinat terlihat berupa kristal mengakibatkan turunnya entalpi peleburan dan turunnya
yang tidak beraturan dengan tekstur permukaan kasar derajat kristalinitas.
serta ukuran partikelnya relatif lebih kecil dibandingkan Peningkatan laju disolusi pada sampel multikomponen
aseklofenak murni. Hasil ini sejalan dengan hasil analisis kristal juga dipengaruhi oleh pengurangan ukuran partikel
PSA (tabel 4), dimana terjadi penurunan ukuran partikel yang dapat dilihat pada hasil analisis dengan PSA.
aseklofenak pada sampel multikomponen kristal menjadi Peningkatan laju disolusi sebanding dengan peningkatan
4,4 kali, yaitu 12,272 ± 0,459 µm. Perbedaan ukuran partikel luas permukaan zat yang kontak dengan medium disolusi
ini kemungkinan disebabkan oleh proses penggerusan dan berbanding terbalik dengan ukuran partikel zat [26].
pada metode SDG. Sedangkan perbedaan habit kristal
menunjukkan adanya interaksi fisika antara aseklofenak Kesimpulan
dan asam suksinat [23].
Laju disolusi aseklofenak, CF, dan multikomponen Pada penelitian ini, telah berhasil dibuat
kristal dilakukan pada medium disolusi dapar fosfat pH 6,8 multikomponen kristal aseklofenak menggunakan asam
dengan penambahan sodium lauril sulfat 0,1 % SLS. SLS suksinat sebagai koformer dengan perbandingan mol 1:1
ditambahkan sebagai agen pembasah karena aseklofenak yang dapat dibuktikan dari hasil karakterisasi. Berdasarkan
yang bersifat hidrofob mengapung di permukaan medium karakterisasi dari DSC, PXRD, dan FT-IR, multikomponen
disolusi (tanpa SLS) dan menghambat proses pengujian. kristal yang terbentuk adalah campuran eutektik.
Rata-rata persentase aseklofenak yang terdisolusi pada Multikomponen kristal yang terbentuk juga menunjukkan
aseklofenak murni, campuran fisik dan multikomponen peningkatan disolusi sebesar 4,09 kali dibandingkan
kristal aseklofenak-asam suksinat pada menit ke-60 aseklofenak murni pada menit ke-60.
masing-masing adalah 8,428 % ± 0,510; 26,596 % ± 0,980;
dan 34,144 % ± 0,570 (tabel 5). Persentase aseklofenak Ucapan Terimakasih
yang terdisolusi paling banyak terdapat pada sampel
multikomponen aseklofenak-asam suksinat. Berdasarkan Terimakasih kepada Fakultas Farmasi Universitas
grafik profil disolusi (gambar 5), multikomponen Andalas yang telah mendanai penelitian ini melalui Dana
kristal juga menunjukkan profil pelepasan aseklofenak Dipa Fakultas Farmasi Skim Riset Dosen Pemula tahun
yang paling baik daripada sampel lainnya. Peningkatan 2022 dengan nomor kontrak 15/UN16.10.D/PJ.01./2022.
aseklofenak yang terdisolusi pada CF dan multikomponen
kristal disebabkan oleh interaksi aseklofenak dan asam
Copyright © 2022 The author(s). You are free to share (copy and redistribute the material in any medium or format) and adapt (remix, transform, and build upon the
material for any purpose, even commercially) under the following terms: Attribution — You must give appropriate credit, provide a link to the license, and indicate if
changes were made. You may do so in any reasonable manner, but not in any way that suggests the licensor endorses you or your use; ShareAlike — If you remix,
transform, or build upon the material, you must distribute your contributions under the same license as the original (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)