Pola Pengintegrasian Pembelajaran Komponen Kebahasaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia SMA/MA
Pola Pengintegrasian Pembelajaran Komponen Kebahasaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia SMA/MA
Nurizzati
Abstract: The formulation of competence standard and basic competence for Indonesian language and
literature subject is based on four aspects of language skills. But when viewed from the point of the
communicative approach in language learning. generally those competencies do not directly address
the language components which must be taught again and teacher often do not specify clearly these
aspects when developing indicators of basic integrate the three components of learning, namely :1.
mastery of language knowledge which also includes a significant mastery of linguistic rules; 2. Four
aspects of language skills (listening, speaking, reading, and writing); 3. A positive attitude towards
meaningful Indonesian language and literature which enable student to use language appropriately.
Communicative approach in learning the language is emphasized also that language learning is not
learning about the language, but learning the language. However, learning the language without
learning the rules of language is useless. Therefore, this article would like to try to criticize the
imbalance of attention to good language trainings in the four aspects of language skills, supported by a
situation that requires students to speak with the correct behavior
Key words: Standar kompetensi, kompetensi dasar, pembelajaran bahasa, pendekatan komunikatif,
pola pengintegrasian.
Nurizzati adalah dosen Fakultas Bahasa dan Seni UNP Kampus FBS UNP Jl. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Padang 25131
JURNAL BAHASA DAN SENI Vol 10 No. 2 Tahun 2009 ( 119 - 125)
120
Pola Pengintegrasian Pembelajaran Komponen Kebahasaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA/MA (Nurizzati)
untuk membahas kembali kaidah EYD disertai penting diperhatikan untuk sinyal penentuan materi
penggunaan EYD itu di dalam tulisan; KD 11.2 ajar. Ketika dicermati uraian materi, tidak
untuk kelas X semester 2 bisa dimanfaatkan untuk ditemukan pula kaidah EYD yang mana yang
membahas konsep kalimat dan kalimat efektif. harus diperhatikan siswa sebagai bagian dari
Data yang diambil untuk tulisan ini adalah komponen kebahasaan yang harus diterapkan
pengembangan KD menjadi indikator yang dibuat siswa. Data selanjutnya yang memperlihatkan
seorang guru bahasa Indonesia yang masih muda kurangnya pengintegrasian pembelajaran unsur
(2 tahun mengajar) yang juga baru 2 tahun bahasa (EYD) dapat dilihat pada RPP (terlampir).
menamatkan pendidikannya pada Jurusan Bahasa Sebagaimana tercantum dalam RPP tentang
dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Bahasa pembelajaran KD 12.3 tersebut, indikator yang
dan Seni Uiversitas Negeri Padang. Berdasarkan dikembangkan dari KD 12.3 itu tidak dengan jelas
tahun lulus kesarjanaan dan masa dinasnya yang memberi perhatian yang khusus untuk penggunaan
baru dua tahun, prinsip pembelajaran bahasa dan dan penerapan EYD. Guru tidak merinci atau
sastra Indonesia berdasarkan Kurikulum Berbasis menyebutkan dengan tegas dan batas yang wajar
Kompetensi, kemudian disempurnakan dalam bagian mana dari EYD itu yang penting
konsep KTSP, dengan pendekatan komunikatif diperhatikan untuk menuliskan hasil wawancara.
yang mengisyaratkan pembelajaran kaidah bahasa Hal itu memperlihatkan bahwa prinsip belajar
dan sastra terintegrasi ke dalam 4 aspek berbahasa, berbahasa berdasarkan pendekatan komunikatif
pengembangan SK dan KD yang dibuatnya yang integratif belum terlaksana. Padahal masih
seharusnya mencerminkan keterintegrasian itu di banyak siswa yang tidak mengausai dengan baik
dalam silabus yang disusunnya, karena masa kaidah EYD yang perlu diterapkan dalam menulis
belajar guru tersebut sejalan dengan mulai berdasarkan ejaan yang baik dan benar.
diperkenalkan dan dikembangkannya kurikulum
Pengembangan KD 11.1 dan 11.2 tentang
tersebut. Data lain yang mirip adalah RPP yang
Pembelajaran Kalimat Kelas X Semester 2
ditampilkan guru-guru sertifikasi yang harus
mengikuti diklat dan menampilkan RPP itu dalam Bunyi lengkap KD 11.1 dan 11.2 dalam
kegiatan peer-teaching. Urutan pembahasan Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia untuk
didasarkan pada tataran yang paling kecil dari kelas X semester 2 adalah: Merangkum seluruh isi
unsur bahasa (EYD) sampai ke tataran yang lebih infomasi teks buku ke dalam beberapa kalimat
kompleks (paragraf). Dengan demikian, urutan dengan membaca memindai (KD 11.1);
pembahasan tidak berdasarkan urutan SK dan KD merangkum seluruh isi infomasi dari suatu tabel
yang tercantum pada Standar Isi Kurikulum atau grafik ke dalam beberapa kalimat dengan
Bahasa Indonesia untuk SMA dan MA. membaca memindai. Indikator yang dirumuskan
guru untuk kedua KD tersebut (RPP terlampir)
Pengembangan KD 12.3 tentang Penggunaan berbunyi: (1) membaca informasi pada sebuah
EYD Kelas X Semester 2 buku; (2) mencatat pokok-pokok informasi pada
Bunyi lengkap KD 12.3 dalam Kurikulum Bahasa halaman bab tertentu ke dalam beberapa kalimat;
dan Sastra Indonesia untuk kelas X semester 2 (3) mengungkapkan secara lisan atau tulisan isi
adalah: Menulis hasil wawancara ke dalam tabel atau grafik yang terdapat dalam bacaan ke
beberapa paragraf dengan menggunakan ejaan dalam beberapa kalimat; (4) merangkum isi
yang tepat. KD ini telah dikembangkan menjadi 4 informasi dari suatu tabel atau grafik. Keempat
buah indikator yang berbunyi: (1) menentukan indikator itu tidak memperlihatkan pengintegrasian
topik ; (2) menyusun daftar pertanyaan dengan pembelajaran (ulangan) kalimat itu secara
memperhatikan kelengkapan isi (apa, siapa, kebahasaan. Padahal indikator 2 bisa menjadi
dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana); (3) konteks yang strategis untuk menyelipkan
mencatat pokok-pokok informasi yang diperoleh membelajarkan kaidah kalimat, di antaranya
dari wawancara; dan (4) menuliskan hasil konsep kalimat tungal atau kalimat majemuk
wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan dengan memperbaiki indikator 2 itu, misalnya:
ejaan dan tanda baca yang benar. Indikator- “Mencatat pokok-pokok informasi pada halaman
indikator yang dikembangkan itu tidak secara bab tertentu ke dalam beberapa kalimat tunggal
spesifik menjelaskan unsur EYD yang mana yang dan majemuk bertingkat”. Materi dalam RPP yang
121
JURNAL BAHASA DAN SENI Vol 10 No. 2 Tahun 2009 ( 119 - 125)
dipilih guru untuk mencapai indikator yang empat dengan suatu hal (pengetahuan) yang baru. Dengan
buah itu juga tidak memperlihatkan bahwa guru redaksi yang mirip, Brunner (dalam Romberg &
menyelipkan kesempatan untuk mengingatkan Kaput dikutip oleh Trianto, 2009:15) mengatakan
siswa terhadap unsur minimal sebuah kalimat itu bahwa belajar itu adalah suatu proses aktif di mana
adalah Subjek-Predikat (S-P) yang umumnya siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan
belum sepenuhnya dipahami siswa SMA/MA itu baru berdasarkan kepada pengalaman/pengetahuan
dengan baik (RPP terlampir). yang sudah dimilikinya. Dalam pandangan
konstruktivisme, belajar bukan semata-mata
Pengembangan KD tentang Pembelajaran
mentransfer pengetahuan yang ada di luar diri
Paragraf Kelas X Semester 1
siswa, tetapi lebih ditekankan pada bagaimana otak
Pembelajaran paragraf pada tingkat memproses dan menginterpretasikan pengalaman
SMA/MA dituntun oleh KD 4.1, 4.2, dan 4.3. yang baru dengan pengetahuan yang sudah
Bunyi lengkap KD-KD tersebut adalah: 4.1 dimiliki dalam format yang baru (Trianto,
menulis gagasan dengan menggunakan pola urutan 2009:16).
waktu dan tempat dalam bentuk paragraf naratif; Slavin (2008) merumuskan belajar adalah
4.2 menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf perubahan dalam diri individu yang berasal dari
deskriptif; 4.3 menulis gagasan secara logis dan pengalaman. Perubahan yang dimaksud di sini
sistematis dalam bentuk ragam paragraf ekspositif. adalah perubahan perilaku berupa pengetahuan,
KD-KD tersebut telah dikembangkan menjadi 3 pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang
RPP (terlampir) yang tidak satu pun memperlihat- diperoleh individu. Pada hakikatnya perubahan itu
kan perhatian guru untuk menyegarkan ingatan terjadi dikarenakan orang belajar dari pengalaman
siswa terhadap pengetahuan tentang paragraf sehari-hari. Sejak lahir sebenarnya manusia telah
narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan belajar berdasarkan perkembangan yang terjadi di
persuasi. Tiga RPP tentang pembelajaran paragraf sekelilingnya. Secara tegas teori behavioral dalam
sebagai pengembangan KD 4.1, 4.2; dan 4.3 itu psikologi pendidikan mendefinisikan pembelajaran
juga tidak satu pun yang berbicara tentang konsep adalah pengaruh yang relatif permanen atas
paragraf yang baik. Pengembangan SK dan KD perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir
menjadi indikator, dan RPP cukup memperlihatkan yang diperoleh melalui pengalaman (Santrock,
bahwa pengintegrasian materi kebahasaan dalam 2008:266). Pengalaman itu merupakan interaksi
pembelajaran keterampilan berbahasa tidak antara individu dengan lingkungan sebagai sumber
terlaksana sebagaimana mestinya. Pengembangan belajar. Jadi, belajar diartikan sebagai perubahan
SK dan KD yang dilakukan guru hanya sebatas tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak
usaha mewujudkan pembelajaran keterampilan paham menjadi paham, dari kurang terampil
berbahasa. Gambaran pembelajaran yang melatih menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama
keterampilan berbahasa (konteks pembelajaran menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi
berbahasa) yang menunjukkan pelatihan apresiasi lingkungan dan individu bersangkutan
mereka tentang penggunaan bahasa Indonesia yang (Trianto:2008:17).
baik dan benar pun kurang memadai. Belajar bahasa berarti perubahan tingkah
laku pada peserta didik dalam hal berbahasa akibat
KAJIAN TEORETIS PENGEMBANGAN adanya interaksi antara individu dan
SK/KD PEMBELAJARAN KETERAMPILAN lingkungannya melalui pengalaman dan latihan
BERBAHASA berbahasa. Rosdiana (2003:1.7) mengatakan
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku bahwa belajar bahasa pada dasarnya bertujuan
pada peserta didik akibat adanya interaksi antara untuk mengungkapkan kemampuan menggunakan
individu dan lingkungannya melalui pengalaman bahasa untuk berbagai kesempatan. Dengan
dan latihan (Iskandarwasid dan Suhendar, 2009:5). demikian, guru sebagai pelaksana pembelajaran
Para ahli pendidikan modern secara prinsip punya harus mempersiapkan dan merancang
pandangan yang sama tentang hakikat belajar. pembelajaran yang menciptakan kondisi belajar
Robbins (dalam Trianto, 2009:15) mendefinisikan yang memberikan kesempatan bagi peserta didik
belajar adalah proses menciptakan hubungan untuk memperoleh kemampuan atau perubahan
antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami tingkah laku dalam situasi berbahasa tertentu.
122
Pola Pengintegrasian Pembelajaran Komponen Kebahasaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA/MA (Nurizzati)
Hakikat mengajar adalah merangsang serta berkomunikasi dalam bahasa Indonsia dengan baik
mengarahkan siswa belajar; menolong para siswa dan benar, baik lisan maupun tulis, serta
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra
sikap, serta ide dan apresiasi yang menjurus manusia Indonesia.
kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan Suratinah dan Prakoso (2003:2.29)
siswa (Subiyanto dalam Trianto, 2008:17). Untuk mengemukakan 5 karakteristik kompetensi
itu, tugas pokok guru sebagai pelaksana komunikatif, yaitu: (1) bersifat dinamis yang
pembelajaran ada 3, menyusun Rencana berarti adanya semacam negosiasi makna antara
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), melaksanakan dua atau lebih penutur yang sama-sama
rencana yang telah disusun, dan melaksanakan mengetahui kaidah pemakaian bahasa; (2)
evaluasi pembelajaran. Tugas menyusun Rencana mencakup pemakaian bahasa yang bersifat lisan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah tugas dan tulis; (3) bersifat kontekstual, karena
untuk menerjemahkan kurikulum dalam bentuk komunikasi selalu terjadi dalam konteks tertentu;
mengembangkan Standar Isi dalam bentuk SK dan (4) meliputi kompetensi bahasa (gramatika dan
KD yang telah digariskan penentu kebijakan kemampuan membuat tuturan gramatika) dan
dalam mata pelajaran tertentu. Tugas pertama performansi bahasa (mewujudkan pengetahuan dan
guru bahasa Indonesia adalah mengembangkan SK kemampuan membuat tuturan yang gramatika
dan KD yang telah dirumuskan secara dalam berbahasa; dan (5) bersifat relatif,
nasional.Untuk itu, guru harus memperhatikann bergantung pada aspek internal dan eksternal.
tugas itu secara teoretis dan implikatif. Kelima karakteristik tersebut harus tergambar
Secara teori, yang harus diperhatikan guru mewarnai setiap pelaksanaan pembelajaran bahasa
adalah prinsip pengembangan SK dan KD menjadi dan sastra Indonesia.
indikator yang bersifat memperjelas pencapaian Berdasarkan konsep pengembangan
SK dan KD. Indikator yang dirumuskan haruslah Kurikulum Berbasis Kompetensi, standar
merinci secara nyata apa yang akan terjadi di kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia
dalam pelaksanaan pembelajaran dan apa materi merupakan kualifikasi kemampuan minimal
yang digunakan, serta kompetensi apa yang akan peserta didik yang menggambarkan penguasaan
dikuaai siswa setelah pembelajaran terlaksana. pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap
Secara implikatif indikator itu harus memberi positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
arahan yang jelas tentang komponen pembelajaran Dengan demikian, ada 3 komponen pokok yang
bahasa dengan pendekatan komunikatif. Hal itu harus diperhatikan dalam pengembangan SK dan
dijelaskan berikut ini. KD mata pelajaran Bahasa Indonesia tersebut,
yaitu: (1) penguasaan pengetahuan (bahasa) yang
Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan bermakna juga penguasaan kaidah kebahasaan; (2)
Pendekatan Komunikatif keterampilan berbahasa mencakup empat aspek,
Berdasarkan Konsep Kurikulum Berbasis menyimak atau mendengarkan, berbicara,
Kompetensi (juga KTSP) pembelajaran bahasa membaca, dan menulis; (3) sikap positif terhadap
Indonesia bertujuan untuk mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia yang bermakna juga
kompetensi berbahasa dan bersastra dengan mampu menggunakan bahasa sesuai dengan
menggunakan pendekatan komunikatif. konteksnya. Konsep ini dengan jelas menyarankan
Pendekatan komunikatif itu adalah pendekatan agar setiap pelaksanaan pembelajaran bahasa dan
yang bertujuan untuk membuat kompetensi Satra Indonesia, setiap pengembangan KD menjadi
komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa indikator yang harus dicapai, harus
dan mengembangkan prosedur-prosedur bagi mengingtegrasikan ketiga komponen itu. Secara
pembelajaran empat aspek keterampilan berbahasa, komprehensif, siswa dapat merasakan bahwa ada
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis komponen kebahasaan, keterampilan, dan sikap
(Suratinah dan Prakoso, 2003: 2.25). Penjabaran apresiatif penggunaan bahasa yang sesuai mereka
pendekatan komunikatif dalam Standar Isi (SI) kuasai setiap kali pembelajaran bahasa Indonesia
mata pelajaran bahasa Indonesia menekankan berakhir.
bahwa pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
123
JURNAL BAHASA DAN SENI Vol 10 No. 2 Tahun 2009 ( 119 - 125)
124
Pola Pengintegrasian Pembelajaran Komponen Kebahasaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA/MA (Nurizzati)
125